
Dr Radea Juli A Hambali, MHum, Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Dalam arus kehidupan normal sehari-hari, kita jarang menyoal, menyadari bahkan memikirkan keberadaan tubuh kita. Tangan. Kaki. Kepala. Mulut, dan bagian-bagian lainnya, seluruhnya seumpama bergerak secara mekanis. Baru ketika bagian tertentu tubuh kita sakit, kita mulai menyadari dan memberikan perhatian kepadanya.
Apa artinya memiliki tubuh? Bagi Merleau-Ponty, kebertubuhan, atau kesadaran akan tubuh merupakan pengalaman primer dan utama eksistensi manusia sebagai pengada bertubuh (embodied human existence). Dengan ini, ia menampik secara tegas keyakinan dualism Descartes yang menganggap kesadaran (cogito) manusia seperti roh murni (pure spirit) yang padat (compact) dan tak terbagi (indivisible). Bagi Ponty, akal budi dan rasionalitas tidaklah berada di atas pengalaman fisik atau sensorik, seolah tubuh hanyalah objek belaka.
Yes. Seturut Ponty, pengalaman kita atas dunia dibangun di atas hakikat kebertubuhan kita. Dengan kata lain, hakikat kebertubuhan adalah sebagai cara “berada-dalam-dunia”.
Fakta bahwa tubuh bukan sekadar objek belaka terlihat ketika ada bagian tubuh kita yang terganggu atau sakit. Dalam situasi itu, kita tidak mengatakan bahwa rasa sakit itu disebabkan oleh bagian tubuh tersebut melainkan bahwa rasa takit itu datang dari bagian tubuh tertentu. Peristiwa ini memperlihatkan secara jelas tentang tidak adanya pemisahan antara eksistensi saya dan kebertubuhan saya.
Melalui kebertubuhan inilah interaksi antar manusia terjadi. Dalam konteks ini dapat dikatakan bahwa kita adalah tubuh kita. Kelalaian dalam menyadari tubuh sebagai pintu masuk ke dalam diri seorang manusia, bukan sebagai objek belaka, membuat keberadaannya yang khas dalam dunia menjadi terabaikan juga.
Kesadaran keberadaan tubuh ini pula yang menginsyafi saya. Dalam kemeriahan pesta 17 Agustus, saya ditantang untuk tiba-tiba menjadi bagian dari peristiwa tersebut. Kesadaran kebertubuhan menuntun saya untuk menyadari bahwa tingginya umur bukanlah pertanda keperkasaan, tingginya umur sejatinya adalah lutut yang goyah dan nafas yang tersenggal-senggal.[]