
KANAL31.COM (Manado) — Penyuluh Agama Islam KUA Sesenapadang, Mamasa, Sulawesi Barat, Andi Ariani Hidayat, membagikan pengalamannya menangani konflik sosial berdimensi agama yang dipicu oleh perebutan jenazah mualaf. Konflik ini terjadi antara keluarga Muslim dan Kristen yang sama-sama ingin melakukan pengurusan jenazah sesuai keyakinan masing-masing.
“Salah satu kasus yang sering terjadi di wilayah kami, Mamasa, adalah perebutan jenazah mualaf, yang memicu konflik antara keluarga Muslim dan Kristen. Konflik seperti ini hampir terjadi setiap tahun,” jelas Andi dalam keterangannya, Sabtu (14/9/2024).
Andi tidak bekerja sendiri dalam menangani konflik tersebut. Ia berkoordinasi dengan organisasi masyarakat seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), dan tokoh masyarakat setempat, sehingga konflik dapat diselesaikan secara efektif.
Jika terjadi kebuntuan antara keluarga, Andi bersama pihak terkait akan mencari solusi bersama yang menguntungkan semua pihak. “Dalam beberapa kasus, kami melaksanakan dua kali prosesi untuk jenazah, pertama secara Islam, kemudian diserahkan kepada keluarga non-Muslim untuk diproses sesuai agama mereka. Hal ini menciptakan solusi yang damai,” terangnya.
Selain itu, Andi juga menekankan pentingnya peran lembaga adat dalam menjaga kerukunan masyarakat di Mamasa. Menurutnya, tokoh adat dihormati oleh semua pihak dan memainkan peran penting dalam penyelesaian konflik keagamaan.
Untuk mencegah konflik serupa di masa depan, Andi mendorong para mualaf untuk menyosialisasikan status mereka secara resmi. “Sosialisasi mengenai mekanisme pencatatan resmi bagi mualaf sangat penting agar konflik seperti perebutan jenazah bisa diminimalisasi,” tambahnya.
Andi, yang juga seorang dosen di Institut Agama Islam (IAI) Darud Dakwah wal Irsyad, menilai bahwa pelatihan Sekolah Penyuluh dan Penghulu Aktor Resolusi Konflik (SPARK) sangat bermanfaat. “Pelatihan ini sangat penting bagi penyuluh agama dan penghulu yang sering menjadi ujung tombak dalam menjaga harmoni di masyarakat,” ujarnya.
Terpisah, Kasubdit Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama, Amirullah menjelaskan, penyuluh agama memiliki peran strategis di masyarakat. Tidak hanya memberi penyuluhan, tapi juga terlibat dalam menciptakan suasana damai dengan mengantisipasi potensi konflik.
“Sekecil apapun persoalan umat, penyuluh harus hadir, terlebih dalam mengantisipasi potensi konflik,” jelasnya.
Amirullah menambahkan, masing-masing daerah menyimpan tantangan tersendiri bagi penyuluh. “Keragaman tidak seharusnya menjadi penghambat bagi penyuluh untuk menjalankan tugasnya. Jadikan keragaman masyarakat di manapun berada sebagai penyemangat untuk terus melakukan yang terbaik,” tandasnya.