
BANDUNG kanal31.com – Kota Bandung kembali membuktikan diri sebagai ruang tumbuh kreativitas tanpa batas. Kali ini, inspirasi datang dari RW 12 Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, yang menyulap kampung mereka menjadi kawasan wisata tematik berbasis budaya lokal bernama Lembur Katumbiri.
Peresmian kawasan ini dilakukan langsung oleh Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan. Bagi warga, momen ini bukan sekadar seremoni, melainkan tonggak bersejarah dari proses panjang penuh gotong royong, kolaborasi, dan semangat kolektif.
Dari Kampung Pelangi Menjadi Lembur Katumbiri
Lembur Katumbiri dulunya dikenal sebagai Kampung Pelangi. Karena cat dindingnya telah memudar, Pemerintah Kota Bandung bersama warga melakukan revitalisasi. Nama baru “Katumbiri”—yang dalam bahasa Sunda berarti pelangi—dipilih bukan hanya karena warnanya, tetapi juga makna filosofisnya: simbol keberagaman yang menyatu dalam harmoni.
“Dulunya Kampung Pelangi, sekarang dicat ulang dan dinamai Lembur Katumbiri. Sudah berjalan sekitar dua minggu,” ujar Rasimun, Ketua RT 10 RW 12, Minggu (11/5/2025).
Rasimun menjelaskan, wilayahnya dihuni oleh 135 KK atau sekitar 335 jiwa. Proses pengecatan ulang melibatkan lebih dari 150 pekerja dan menghabiskan 504 galon cat. Warga dari berbagai kalangan turut ambil bagian—mulai dari seniman, komunitas, hingga anak-anak.
“Warga mendukung karena kami berharap ini bisa meningkatkan perekonomian. Sekarang belum terlalu terlihat dampaknya, tapi semoga nanti muncul warung-warung dan UMKM di sini,” harapnya.
Wajah Baru Kampung, Wajah Baru Kota
Wali Kota Farhan menyatakan, pembangunan kota tidak lagi hanya soal infrastruktur fisik, tetapi juga tentang membangun ruang-ruang hidup yang sarat makna sosial dan budaya.
“Bandung kini tengah mengembangkan sektor pariwisata berbasis partisipasi. Ini bukan hanya kerja Dinas Pariwisata, tapi juga kolaborasi DSDABM, komunitas seniman, dan warga. Mural menjadi medium narasi yang sangat kuat,” ungkap Farhan.
Senada dengan itu, Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga dan Bina Konstruksi (DSDABM), Didi Ruswandi, mengungkapkan bahwa revitalisasi sempat terkendala anggaran. Namun semangat warga tetap menyala.
“Kita mulai dari bagian luar karena anggaran bagian dalam belum tersedia. Tapi hasilnya justru sudah viral sebelum peresmian,” kata Didi.
Hidup Bersama Alam dan Budaya
Lembur Katumbiri kini tak hanya menawarkan visual mural yang memikat. Kawasan ini telah berkembang menjadi ruang hidup yang menyatu dengan alam dan budaya. Terdapat konservasi ikan endemik, urban farming, hingga pasar mingguan yang melibatkan pelaku UMKM—hasil kerja sama dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung.
Dalam waktu dekat, Pemkot Bandung juga akan meluncurkan program “Bandung Punya Cerita”—sebuah inisiatif dokumentasi sejarah lokal, cerita rakyat, dan mural sebagai identitas visual kota.
Peresmian ditutup dengan doa bersama. Anak-anak, warga, dan tamu undangan menyusuri lorong-lorong kampung, menyimak mural yang bukan sekadar karya seni, tetapi juga sarat pesan: tentang alam, sejarah, hingga kritik sosial yang disampaikan dengan cara yang menyentuh dan bermakna.
Di tengah hiruk-pikuk kota, kampung kecil ini membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari tempat yang paling sederhana—dengan semangat, warna, dan cerita.