
BANDUNG, kanal31.com– Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi (KDM) menegaskan, proses pembangunan daerah menuju Jawa Barat Istimewa tidak lepas dari peran strategis perguruan tinggi. Khususnya dalam menerapkan nilai-nilai kearifan lokal Sunda — silih asah, silih asih, dan silih asuh. Nilai-nilai ini menjadi landasan dalam membentuk masyarakat yang berkarakter, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Penegasan KDM itu disampaikan dalam Studium Generale di Aula Anwar Musaddad, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Selasa (23/9/2025). KDM menjelaskan, UIN SGD Bandung mengajarkan keislaman, keindonesiaan, dan kegunung-djatian. Berarti UIN Bandung telah mengintegrasikan nilai-nilai tersebut, meiliki kerangka teologi lingkungan yang dibangun atas dasar kecintaan terhadap alam dan warisan spiritual Sunan Gunung Djati.
Dijelaskan juga, UIN Bandung harus dibangun atas kecintaan terhadap lingkungan. Sunan Gunung Djati menjadi simbol teologi lingkungan, yang mengharmoniskan hubungan antara Tuhan, manusia, dan alam. Ini adalah warisan Tri Tangtu, keseimbangan antara bihari, kiwari, jeung isuk (masa lalu, masa kini, dan masa depan).
“Para dosen jangan sebatas mengajar, tapi juga harus ada hubungan batin dengan mahasiswa, ada rasa dan cinta. Selama ini, esensi mengajar hanya sebatas naratif dan administratif,” pesan KDM.
Jawa Barat kudu balik ka asal. Berarti tidak boleh ada kerusakan lingkungan, tidak ada tambang liar, tidak ada kemiskinan, generasi mudanya punya jati diri, dan lain-lain. Untuk membentuk jati diri Sunda yang kuat harus mencakup kesadaran terhadap nilai-nilai spiritual, kekayaan budaya, serta semangat membangun masyarakat yang mandiri dan sejahtera.
Dalam filsafat Sunda, kata KDM, dikenal dengan konsep Rawayan Jati, pemahaman mendalam tentang alam semesta, nilai-nilai kehidupan, dan kebijaksanaan lokal yang seharusnya diwujudkan dalam kebijakan dan praktik pembangunan daerah.
“Rawayan Jati adalah filosofi Sunda tentang kehidupan yang harmonis dengan alam dan Sang Pencipta. Kesuburan bukan untuk dieksploitasi, dan kebahagiaan bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk seluruh masyarakat,” jelasnya.
SDM UIN SGD Berkarakter Siap Wujudkan Jabar Istimewa
Dalam kesempatan yang sama, Rektor UIN Bandung Prof. Rosihon Anwar menegaskan, sebagai lembaga pendidikan UIN Bandung mendidik mahasiswa yang memiliki karakter khalifah: beriman, berislam dan berihsan. Sesuai dengan nama universitas, mahasiswa dan lulusan UIN Bandung mewarisi ajaran Syekh Sunan Gunung Djati yang mengamalkan ajaran Islam di Jawa Barat.
Diperkuat dengan visi Rahmatan lil alamīn, yang menjadi dasar dan nilai inti perilaku dan perbuatan seluruh warga kampus. “Kita diberi tugas menyebarkan rahmat dan kasih sayang ini ke seluruh makhluk dan seluruh alam,” ujarnya.
UIN Bandung juga menjadi pelopor pengejawantahan gagasan ekoteologi yang diluncurkan Kementerian Agama. Ekoteologi, sebuah pendekatan studi keagamaan yang memadukan ajaran agama dengan kepedulian lingkungan. Konsep ini menekankan bahwa menjaga dan melestarikan alam adalah bagian dari ibadah dan wujud pengabdian kepada Allah SWT, karena alam adalah ciptaan-Nya.
Gerakan dan tindakan nyata ekoteologi ini, kata Rektor, sudah tersirat dalam visi kampus Rahmatan Lil alamīn. Masyarakat Jawa Barat didorong untuk mengembangkan hubungan spiritual yang positif dan timbal balik dengan lingkungan. UIN Bandung mengambil peran menjadi pelopor penggerak dalam mempraktikan dan bertindak nyata untuk mengatasi masalah kerusakan lingkungan.
Rektor menyebutkan, ada 35 ribu mahasiswa siap berkontribusi mewujudkan Jabar istimewa, dengan membangun lingkungan yang lestari. Mereka menjadi sumber daya manusia yang berkarakter menuju Jabar Istimewa. Melalui keberagaman yang inklusif diharapkan dapat berkontribusi positif terhadap Jabar, juga melalui tridharma perguruan tinggi, KKN moderasi beragama di Cigugur Kuningan, menjadi kampus unggul, kompetitif dan moderat berbasis rahmatan lil alamin.(nas)