
JAKARTA kanal31.com — Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan pentingnya kolaborasi penyuluh lintas agama dalam menjaga ekosistem toleransi yang rukun hingga ke akar rumput. Hal ini ia sampaikan dalam rapat rutin bersama Pejabat dan Staf Ahli Kementerian Agama di Kantor Kemenag, Jakarta Pusat.
Menag menilai, tantangan kerukunan umat beragama di era digital semakin kompleks. Isu yang dihadapi tidak hanya perbedaan keyakinan, tetapi juga derasnya arus informasi yang dapat memicu gesekan sosial.
“Penyuluh lintas agama harus menjadi garda terdepan membangun narasi damai, menangkal hoaks, dan menanamkan nilai moderasi beragama di setiap lini masyarakat,” ujar Menag dalam keterangannya, Rabu (13/8/2025)
Ia mendorong lahirnya program kolaboratif, seperti kegiatan jalan sehat bersama atau saling berkunjung saat hari besar keagamaan. Menurutnya, kegiatan sederhana namun terencana ini dapat efektif meredam potensi intoleransi, bahkan hingga ke tingkat desa.
Selain itu, Menag juga meminta agar rumah ibadah dilengkapi fasilitas mitigasi bencana, seperti alat pemadam api ringan (APAR), jalur evakuasi, serta pelatihan tanggap darurat bagi pengurus dan jamaah. Rumah ibadah, kata Menag, tidak hanya menjadi pusat kegiatan keagamaan, tetapi juga dapat difungsikan sebagai tempat perlindungan masyarakat ketika terjadi bencana.
Kemenag berencana memperkuat program pelatihan bagi penyuluh agama dengan fokus pada keterampilan komunikasi lintas budaya, penanganan konflik, dan edukasi kebencanaan.
“Kita ingin memastikan para penyuluh siap secara mental, pengetahuan, dan keterampilan, baik dalam membina umat maupun menghadapi situasi darurat,” tegas Menag.
Rapat juga membahas rencana kerja lintas direktorat untuk memperkuat jejaring moderasi beragama di tingkat desa/kelurahan. Selain itu, dibahas pula perkembangan peninjauan ulang Nota Kesepahaman Empat Menteri, termasuk MoU Kementerian Agama dan Kementerian Kebudayaan terkait pemanfaatan candi untuk tempat ibadah umat Hindu/Buddha yang juga berstatus situs warisan budaya.