
BANDUNG, kanal31.com — Sebanyak 903 mahasiswa baru Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, termasuk 20 mahasiswa dari Malaysia, Singapura, dan Thailand, resmi memulai perjalanan akademiknya melalui Matrikulasi dan Orientasi Pascasarjana 2025, di Gedung KH Anwar Musaddad, Rabu (20/8/2025).
Pembukaan Matrikulasi dan Orientasi Pascasarjana 2025 dihadiri oleh unsur pimpinan: Wakil Rektor IV Prof. Dr. H. Ah. Fathonih, M.Ag.; Kepala Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerjasama (A2KK), Dr. Drs. H. Nur Arifin, M.Pd.; Kepala Biro AUPK, Drs. H. Ajam Mustajam, M.Si.
Hadir pula Direktur Pascasarjana Prof. Dr. H. Ahmad Sarbini, M. Ag.; Wakil Direktur II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan Prof. Dr. H. Aden Rosadi, M.Ag.; dan Wakil Direktur III Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama Prof. Dr. H. Dindin Solahudin, MA
Dalam sambutannya, Plh. Rektor UIN Bandung Prof. Dr. H. Tedi Priatna, M.Ag. menegaskan bahwa matrikulasi bukan sekadar pengenalan kampus, melainkan pijakan awal untuk meneguhkan linibasis akademik, menuju transformasi mental, intelektual, dan spiritual.
“Pascasarjana, baik S2 maupun S3 tidak sebatas peralihan jenjang pendidikan, tidak sekadar tangga berikutnya setelah sarjana, tetapi harus dipahami sebagai proses peralihan mental, intelektual, dan spiritual. Dari mahasiswa pencari ilmu menjadi ilmuwan yang meneguhkan identitas akademik, profesional, sekaligus rahmatan lil ‘alamin,” tegas Prof Tedi dalam keterangannya, Kamis (21/8/2025).
Mahasiswa pasca tidak cukup menguasai pengetahuan, tetapi harus mampu menumbuhkan etos akademik: disiplin, jujur, kritis, terbuka terhadap dialog, serta menjunjung tinggi integritas. “Dosa terbesar di dunia akademik adalah plagiarisme. Itu harga mati yang tidak bisa ditawar. Plagiarisme adalah dosa akademik terbesar yang tidak bisa ditoleransi,’ tegasnya.
Menurut Prof. Tedi, kedisiplinan dan kejujuran ilmiah lebih berharga daripada kecerdasan intelektual. IQ bisa kalah oleh SQ, kecerdasan spiritual yang menuntun kesungguhan, kerendahan hati, dan kesabaran.
Dalam pemaparan materinya, Direktur Pascasarjaa, Prof. Ahmad Sarbini menekankan, mahasiswa Pascasarjana harus berani kritis dalam menyampaikan pendapat, aktif dalam dialog akademik multiarah, dan tidak hanya bergantung pada dosen. Proses transformasi gagasan, ilmu, hingga informasi harus diupayakan secara mandiri. “Tampilan boleh sederhana, tetapi karya dan prestasi harus luar biasa,” tegasnya.
Tim akademik Pascasarjana, memiliki tanggung jawab besar untuk mengadvokasi mahasiswa agar tidak hanya paham teori, tetapi juga mampu menerapkannya secara kontekstual. Di sisi lain, mahasiswa dituntut untuk tangguh, tahan banting, dan konsisten mengembangkan konsep berbasis data, informasi, dan fakta.
Bagi mahasiswa S3, khususnya, tuntutannya lebih tinggi. Harus menguasai filsafat ilmu, memperkaya teori, bahkan menciptakan teori baru. Membaca tesis dan disertasi yang berkualitas menjadi bagian penting dari proses intelektual ini. “Pada akhirnya, harapannya jelas, mahasiswa Pascasarjana UIN SGD Bandung harus mampu menjadi kebanggaan kampus, keluarga, agama, dan bangsa,” bebernya.
Materi visi misi Pascasarjana juga memperkuat pesan utama bahwa orientasi pendidikan di UIN SGD Bandung berakar pada nilai rahmatan lil ‘alamin. Artinya, ilmu tidak berhenti pada teori, tetapi harus hadir sebagai manfaat nyata bagi masyarakat, bangsa, bahkan semesta. Integrasi antara ilmu duniawi dan ukhrawi menjadi ciri khas yang tak bisa dipisahkan.
Hidup Bagaikan Rumput
Pesan lain datang dari Prof. Mahmud, Ketua Senat UIN SGD Bandung. Ia menegaskan bahwa mahasiswa pascasarjana adalah bagian dari ulul albab, golongan pencinta ilmu yang tidak hanya belajar untuk dirinya sendiri, tetapi juga menjawab tantangan bangsa dan umat.
“Bangsa ini tidak boleh kalah oleh masalah. Kita tidak boleh berhenti pada keluhan, tetapi harus menghadapi masalah dengan teori dan ilmu,” ujarnya lantang.
Guru Besar Pendidikan ini mengingatkan filosofi sederhana namun kuat: hidup seperti rumput. Rumput tidak memiliki sertifikat tanah, tetapi tetap tumbuh di mana saja. Begitu pula mahasiswa pasca harus tangguh, tahan banting, tidak gampang menyerah. Man jadda wa jadda, siapa yang bersungguh-sungguh, dialah yang akan berhasil.
Agenda matrikulasi juga memperkenalkan mahasiswa pada ekosistem akademik kampus. Salah satu yang paling ditekankan adalah peran Perpustakaan UIN Bandung, yang telah terakreditasi A. “Perpustakaan adalah tempat membaca masa depan. Tanpa perpustakaan, kita tidak punya masa lalu dan tidak akan punya masa depan,” tegas Prof. Agus Abdurrahman, Kepala Perpustakaan.
Dengan empat lantai, ruang diskusi ber-AC, akses internet, serta langganan jurnal internasional bereputasi, perpustakaan bukan sekadar tempat meminjam buku, tetapi ruang untuk melahirkan gagasan. Sayangnya, kunjungan mahasiswa pasca masih terbilang minim. Padahal, karya ilmiah yang berkualitas hanya bisa lahir dari keterampilan membaca, mengkritisi, dan mengembangkan teori baru.
Di balik seluruh rangkaian kegiatan ini, ada benang merah yang diteguhkan Pascasarjana UIN Bandung bukan hanya membekali mahasiswa dengan gelar, tetapi dengan misi besar yang menjadi rahmat bagi semesta.
Orientasi ini mengajarkan bahwa ilmu tidak boleh berhenti pada tataran kognitif, tetapi harus berdampak pada kehidupan nyata. Riset harus menjadi solusi, bukan sekadar formalitas akademik. Penelitian bukan hanya untuk publikasi, tetapi untuk peradaban.
“Sebagai mahasiswa baru S3 Studi Agama-Agama, saya merasakan aura kuat yang ditanamkan pada hari pertama: bahwa gelar doktor bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan awal dari tanggung jawab yang lebih besar.”
Akhirnya, sebagaimana pesan Ketua Prodi Studi Agama-Agama S3 UIN SGD Bandung, Prof. M. Yusuf Wibisono, perjalanan ini semoga membawa keberkahan, prestasi yang membanggakan, dan rahmatan lil alamiin. Sebuah perjalanan panjang meraih ilmu yang tidak hanya bermanfaat bagi diri, tetapi juga bagi umat manusia, bahkan bagi semesta.
Selamat datang, mahasiswa Pascasarjana UIN Bandung 2025. Mari kita songsong masa depan dengan ilmu, etos akademik, dan semangat rahmatan lil ‘alamin.*