BANDUNG, kanal31.com– Jurusan Bahasa dan Sastra Arab (BSA) akan memberlakukan tugas akhir dengan platform antologi. Sebagai pengganti skripsi, mahasiswa membuat kumpulan puisi yang menjadi karya utama. Puisi-puisi ini harus memenuhi kaidah-kaidah sastra yang dipelajari selama perkuliahan.
Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Arab (BSA) Fakultas Adab dan Humaniora UIN Bandung H. Mawardi, M.A. CLCE, menyatakan hal itu saat membuka seminar ilmiah BSA, di Aula FAH, Kamis (23/10/2025). Seminar menghadirkan narasumber Dr. Reza Sukma Nugraha, M.Hum (Kaprodi Sastra Arab Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jawa Tengah) dan Dr. Rohanda, M.Ag., MQM (UIN Bandung).
Untuk lulus menjadi sarjana, lanjut H. Mawardi, mahasiswa bisa membuat antologi (kumpulan puisi karya sendiri) atau analisis terhadap kumpulan puisi karya orang lain. Terkait antologi puisi ini, misalnya membuat buku kumpulan puisi interaktif atau naskah antologi ber-ISBN. Sedangkan tugas akhir berupa analisis, bisa analisis diksi, gaya bahasa, simbol, atau makna dalam kumpulan puisi tertentu.
“Laporan tugas akhir mahasiswa yang sudah berjalan di Jurusan BSA selama ini berbetuk skripsi, artikel jurnal, dan terjemah karya sastra Ber-ISBN. Nah, ke depan bisa berbentuk antologi puisi,” ujar H. Mawardi.
Menyinggung masalah seminar ilmiah Prodi Bahasa dan Sastra Arab, H. Mawardi menjelaskan pentingnya bahasa Arab dalam memahami isu-isu kontemporer, khususnya yang berkaitan dengan isu-isu global yang berkembang saat ini.
Bahasa Arab tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi dalam konteks keagamaan, tetapi juga sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan etika yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Selain menjadi bahasa internasional, hahasa Al-Qur’an dan Hadits, bahasa Arab juga bahasanya para ahli surga,” ujar H. Mawardi dalam seminar yang bertajuk “Isu-isu Kontemporer dalam Kajian Sastra Arab”.

Pada kesempatan yang sama, Dr. Rohanda menggambarkan tingkat peradaban suatu masyarakat, dengan merujuk pada sejarah manusia dengan tingkat kemajuannya. Diawali dengan zaman Prasejarah dan Kuno, dengan ditemukannya roda; Abad Pertengahan dan Awal Modern, ditemukan percetakan; era Revolusi Industri (abad ke-18 – awal Abad ke-20) ditemukan listrik; abad ke-20 dan Revolusi Digital, muncul komputerisasi; dan era Kontemporer (Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0) ditandai munculnya AI (kecerdasan buatan).
Dr. Rohanda juga mengupas isu-isu kontemporer dalam sastra Arab yang mencakup tema-tema identitas dan keragaman; sosial, politik, dan kemanusiaan; teknologi dan digitalisasi, serta metafiksi dan kritik diri. “Kajian sastra kontemporer juga mencakup berbagai aspek, termasuk intertekstualitas, genre, dan teori sastra,” jelasnya.

Dr. Reza mengupas tentang kaitan isu kontemporer Sastra Arab pasca An-Nahdhah, modernisasi Negara-negara Arab, identitas plural “Arab”, dan dipengaruhi oleh sastra Eropa. Lalu muncullah aliran Neoklasik, sastra Pascakolonial, sastra Feminis, sastra Siber, sastra Anak, sastra Diaspora, sastra Ekologis
Sastra Pascakolonial, menurut Dr. Reza, lahir sebagai dampak kolonialisme dan imperialisme terhadap kebudayaan, identitas, dan masyarakat di negara-negara bekas jajahan, dengan fokus utama membongkar wacana dominasi Barat yang dianggap superior terhadap Timur yang inferior.
Sastra Siber, lanjut Dr. Reza, mencuat karena adanya revolusi industri 4.0, modernisasi negara-negara Arab, platform digital sebagai medium perlawanan, dan respons terhadap berkembangnya budaya populer global.
“Isunya berkaitan dengan proses produksi, distribusi, dan konsumsi (resepsi) masyarakat Arab terhadap sastra yang diciptakan dalam media teknologi informasi,” ujarnya.
Isu terkait dengan Sastra Anak berkembang dalam karya-karya sastra yang ditulis untuk segmentasi pembaca anak-anak dengan tujuan menjadi media didaktik yang berkontribusi untuk perkembangan anak-anak.(nas)
