
BANDUNG Kanal31.com —
Nak. Seiring kedewasaanmu tumbuh, kau akan mengerti bahwa hidup bukanlah garis lurus ketika kau hendak mewujudkan keinginan dan cita-citamu. Seumpama perjalanan di tengah kabut: Jalan berkelok, peta yang tak menunjukkan arah, dan simpang jalan yang menyesatkan, bisa saja kau temui.
Di satu waktu, kau mungkin pasti pada ayunan langkahmu; namun di saat berikutnya, bisa saja kau dihadapkan dengan keraguan yang tiba-tiba datang, tanpa alasan yang mungkin tak bisa kau pahami.
Seiring usiamu bertabah, kau akan banyak mendengar orang memberi wejangan untuk bermimpi setinggi langit. Tapi mungkin sedikit yang mengingatkanmu bahwa terbang pun melelahkan. Bahwa sayapmu bisa saja rapuh. Bahwa di balik angan yang menjulang, ada tubuh yang letih, ada jiwa yang kadang ingin berhenti.
Maka ketahuilah olehmu, bukan hanya mimpi yang penting, tapi daya untuk tetap bertahan ketika tak ada lagi orang yang menyemangatimu. Bukan semangat yang menyala di awal perjalanan, melainkan keteguhan hati yang kau jaga, dalam doa yang mungkin tak terdengar oleh siapa pun.
Nak. Kelak kau akan mengerti, bahwa hidup ini tak selalu menuntutmu untuk jadi pemenang. Ia hanya meminta darimu satu hal: kehadiran yang tulus. Untuk tetap melangkah walau tertatih. Untuk tetap jujur walau kejujuran bisa tampak sia-sia. Tetaplah lembut, meski dunia sering kali membenturkan dan mengeraskan hatimu.
Sesekali, rayakanlah kehidupanmu. Bukan dengan pesta, bukan pula dengan sorak-sorai. Tapi dengan jeda yang punya makna: Tataplah langit saat senja merekah. Simaklah dengan khidmat detak jantungmu. Dengarkan bisikan nuranimu. Sangat boleh jadi, “perayaan-perayaan” bermakna semisal itu adalah cahaya di tengah lelahmu. Tanpa itu, hidup bisa menjadi padang panjang yang kering, tanpa rasa, tanpa jiwa.
Kau dengarlah ini, keberanian sejati bukan tanpa rasa takut. Tapi kemampuanmu untuk tetap melangkah meski ketakutan menyergap bahkan mungkin menyelimutimu. Tetaplah hadir meski kehidupan memberimu ujian mungkin juga beban yang berat. Tetaplah cintai hidup, meski ia tak selalu manis dan bersahabat.
Tumbuh dan teruslah berjalan, bukan untuk menjadi sempurna, tapi untuk utuh menjadi dirimu sendiri. Belajarlah untuk menjalani hidup dengan hati yang terbuka, bersama mata yang jernih, dan dengan jiwa yang lapang. Sebab pada akhirnya, bukan seberapa jauh kau menempuh perjalanan yang akan dikenang, melainkan seberapa dalam kau menghayati setiap tapaknya.
Radea Juli A. Hambali Wakil Dekan III Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung