
Baru-baru ini seorang mantan pegawai honorer di instansi pemerintahan menceritakan mimpinya. Dalam mimpinya, ia menyaksikan kebakaran hebat yang melanda gedung tempat ia bekerja. Akibatnya, gedung yang berlantai enam itu hanya bersisa puing-puing. Si pemimpi melihat semua isi gedung berupa ATK dan arsip hancur lebur menjadi abu. Di alam sadarnya, sang pemimpi menuturkan kepada penulis, bahwa jauh sebelum mimpinya itu, ia sangat berharap diangkat menjadi PNS di lembaga tersebut. Tapi apa yang terjadi telah membuatnya kecewa, marah, bahkan dendam karena harapannya gagal. Ia keburu pensiun dan telah menyaksikan pelbagai ketidakadilan dalam lembaga tersebut.
====================
MIMPI terkadang menjadi “problem” yang membuat kita penasaran ingin menemukan maknanya. Tidak semua mimpi memiliki pesan spiritual. Makna mimpi seringkali disandarkan pada cara seseorang menyikapinya; namun, memposisikan makna mimpi sebagai pemenuhan harapan merupakan fakta ilmiah.
Seorang ahli psikoanalisis asal Austria, Sigmund Freud memandang bahwa prinsip pokok mimpi adalah pemenuhan harapan. Pelbagai jenis tipe mimpi bisa ditafsirkan berdasarkan prinsip pemenuhan harapan si pemimpi. Bawah sadar sebagai pendorong materi mimpi —untuk tampil ke dalam kesadaran hingga bisa diingat oleh seorang pemimpi— memiliki pelbagai cara dan maksud untuk menampilkan materi mimpi.
Setiap jenis materi mimpi, bagaimanapun karakterteristiknya (materi yang menakutkan, mencemaskan, atau membuat bahagia si pemimpi), akan tetap ditafsirkan dengan prinsip harapan yang tersembunyi. Makna mimpi akan menguncup pada suatu jenis harapan yang disembunyikan si pemimpi—walaupun si pemimpi sendiri tak bisa menebak bahwa materi mimpi itu sendiri sebenarnya suatu harapan yang disembunyikan/ditekan oleh bawah sadarnya sendiri. Si pemimpi selalu merasa kesulitan untuk menafsirkan mimpi.
Kesulitan ini terutama karena makna mimpi tidak secara terang benderang, atau tidak secara otomatis ditampilkan oleh jenis-jenis materi yang mudah ditebak. Dalam arti, makna mimpi menyembunyikan dirinya melalui suatu upaya menampilkan materi mimpi yang seolah-olah tak ada hubungannya. Tetapi melalui kegiatan penafsiran dengan menggali pelbagai pengalaman subjektif si pemimpi, akan ditemukan suatu benang merah, suatu simbolisme, yang memiliki suatu hubungan logika yang khas, analogi yang khas, yang kadang-kadang mengikuti logika pengalaman si pemimpi.
Freud memandang bahwa relasi antara makna mimpi dan materi mimpi yang seolah-olah jauh dan tak ada hubungannya ini, sebagai resistensi bawah sadar yang tidak ingin diketahui niatnya/harapannya; sebab hal ini terkait dengan rasa malu dan rasa tidak nyaman untuk diketahui. Pemilihan materi-materi mimpi ini merupakan suatu hasil pembelokan dan penyembunyian yang dirasa paling aman oleh bawah sadar si pemimpi.
Makna Mimpi
Dari cerita mimpi di atas, kita menemukan latarnya yaitu subjektivitas si pemimpi terhadap lembaga dimana ia pernah bekerja bertahun-tahun yang sekarang sudah pensiun sebelum diangkat PNS. Munculnya mimpi kebakaran tersebut, tentu tidak lepas dari pengalaman-pengalaman si pemimpi terhadap lembaga tersebut. Berdasarkan cerita pengalaman nyata si pemimpi, ditemukan tiga hubungan si pemimpi terhadap lembaga tersebut. Tiga hubungan itu diterangkan sebagai berikut:
- Harapan yang kandas si pemimpi untuk menjadi PNS di lembaga itu. Di sini hubungan si pemimpi dengan lembaga tersebut adalah kekecewaan.
- Pekerjaan yang terhenti karena pensiun, ternyata digantikan oleh seseorang yang dikehendaki si pemimpi sendiri.
- Walaupun pekerjaan dinasnya terhenti karena pensiun (sebelum diangkat PNS), si pemimpi mengakui lembaga tersebut masih merupakan sumber penghidupannya —walaupun bersifat non-formal, non-struktural, dan relasi hanya berlangsung antarpersonal.
Nomor 1 menandai suatu hubungan retak. Nomor 2 dan 3 berlangsung secara mutual. Mimpi sebagai pemenuhan harapan, berarti pesan (arti) mimpi akan memuat harapan dari si pemimpi. Bila kebakaran gedung lembaga yang tampil dalam mimpi itu merupakan pemenuhan harapan dari si pemimpi, maka dapat dikatakan bahwa hilangnya gedung lembaga tersebut didorong oleh kekecewaannya di poin pertama. Wajar apabila dikatakan bahwa mimpi itu memuat harapan bahwa gedung lembaga dan arsip-arsipnya musnah.
Namun, kita akan segera menemukan kontradiksi bila arti mimpi itu benar-benar memuat harapan seperti itu. Bila harapannya benar-benar demikian, maka juga akan berarti bahwa si pemimpi akan kehilangan sumber penghidupannya (seperti pada poin 3 dan 2). Kontradiksi ini menuntun kita untuk memahami bahwa pemenuhan harapan itu (hilangnya gedung lembaga karena kebakaran) tak bisa dipertahankan. Namun, hal ini tidak berarti menghilangkan prinsip mimpi sebagai pemenuhan harapan. Pemenuhan harapan, dengan mengacu Freud, pastilah merupakan prinsip dan tujuan mimpi. Sebuah mimpi mengandung harapan tersembunyi sebagai konsekuensi dari harapan yang tak terealisasi dalam kehidupannya.
Mimpi adalah sebuah kompensasi dari harapan yang tersembunyi dari bawah sadar. Kondisi bawah sadar si pemimpi tidak mungkin memunculkan hal-hal yang diperkirakan akan merugikan dirinya sendiri. Tak ada kompensasi tanpa keuntungan. Tak ada diri yang menghendaki kehancuran tanpa memberi untung dari peristiwa kehancuran itu. Keuntungan ini harus lebih besar dari sekadar kerusakan. Apa yang menguntungkan dari hangusnya gedung-gedung lembaga sebagai materi mimpi tersebut? Hanya sekadar dendam dari kekecewaan? Bunuh diri sekalipun tak akan pernah jadi bila tak mengandung harapan yang dianggap menguntungkan pelaku. Tak ada nihilisme dalam arti sebenarnya, kecuali sebagai kedok.
Dengan begitu, tafsir atas materi mimpi haruslah menuntun pada pemahaman tentang harapan-harapan tersembunyi si pemimpi. Lalu, arti musnahnya gedung lembaga karena peristiwa kebakaran pastilah mengandung harapan tersembunyi dari si pemimpi. Makna mimpi demikian tidak mengandung makna sebenarnya sebagaimana dalam tampilannya. Harapan mimpi telah disamarkan oleh seleksi bawah sadar atas materi mimpi. Seleksi ini merupakan upaya bawah sadar untuk menyembunyikan harapan dari alam sadar. Seleksi ini tentang pantas dan tidak pantas untuk diketahui, atau seperti rasa takut seorang pemberontak untuk melawan penguasa. Tenaga perlawanan terus-menerus berlangsung (harapan dan keinginan), namun rasa takut yang juga terus-menerus berlangsung (cemas dan khawatir sehingga mencari jalan keselamatan). Seorang pemberontak akan mencari jalan lain di mana harapan dapat direalisasikan dalam bentuk lain, agar selamat dari ancaman-ancaman. Maka yang terjadi adalah bentuk-bentuk penyamaran, suatu bentuk di mana harapan dibelokkan ke dalam bentuk yang bukan dirinya (harapan). Seleksi materi mimpi adalah suatu upaya jenis ini: untuk menyelamatkan harapan (dari bawah sadar) dari segala bentuk ancaman dari lingkungan kesadaran, sehingga harus disamarkan dalam bentuk lain (terbakarnya gedung-gedung lembaga). Munculnya jenis mimpi ini adalah upaya menyamarkan harapan si pemimpi agar terhindar dari segala kemungkinan yang terjadi.
Tentang Kebakaran
Makna dalam mimpi kebakaran gedung, pertama-tama akan berasosiasi dengan misi kebakaran di alam nyata: suatu kecelakaan atau suatu kesengajaan yang membungihanguskan seluruh isi gedung dan arsip. Dalam arti ini, kebakaran adalah kehancuran. Peristiwa kebakaran di alam mimpi, adalah suatu tampilan kehancuran yang ditampilkan bawah sadar si pemimpi ke alam kesadaran sehingga bisa diingat si pemimpi. Tentu, secara terang dapat dikatakan bahwa bawah sadar si pemimpi menampilkan kehancuran lembaga tersebut, yang bila hal ini benar-benar terjadi dalam pengalaman nyatanya, dendamnya terbalaskan (poin 1), namun melalui suatu cara yang lebih merugikan dirinya (terkait dua hubungan mutual di poin 2 dan 3). Dorongan bawah sadar si pemimpi untuk menampilkan hancurnya lembaga tersebut dalam mimpinya, pastilah bukan arti bahwa si pemimpi menghendaki peristiwa sebenarnya. Sebab, hancurnya lembaga tersebut akan beresiko hilangnya dua hubungan mutual, yang artinya akan membunuh dirinya sendiri. Mustahilan si pemimpi akan melampiaskan dendam melalui cara yang membuatnya lebih kehilangan harapan.
Di sini, harapan tersembunyi dari si pemimpi bukanlah terbakarnya gedung secara nyata. Tafsir atas mimpi jenis ini harus mampu menggali harapan tersembunyi dari si pemimpi berdasarkan prinsip penyamaran sebagai suatu upaya penyelamatan bawah sadar (dengan membelokkan harapan tersebut melalui suatu tampilan yang samar). Namun, permasalahannya, upaya menyingkap harapan tersembunyi dari kasus mimpi tersebut, tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor:
- Materi-materi mimpi yang sebagian mungkin terlupakan oleh si pemimpi sendiri, sebagai pendukung tafsir mimpi.
- Mungkin ada hubungan lain antara si pemimpi dengan lembaga tersebut, yang tidak diungkapkan si pemimpi kepada penafsir (dalam hal: penulis).
Mengenai yang pertama, materi-materi mimpi yang terlupakan (di mana materi yang masih diingat hanyalah gedung dan dokumen yang hangus karena kebakaran). Pelupaan atas sebagian materi mimpi ini juga merupakan bagian dari resistensi sebagai sistem keamanan bawah sadar untuk tetap tak diketahui oleh orang lain. Dalam Freud, penafsiran akan bertambah, dengan ditemukannya materi-materi baru dari yang diingat (seiring waktu) oleh si pemimpi. Pengingatan materi mimpi yang terlupakan sering kali muncul dari asosiasi-asosiasi oleh penafsir dalam kaitan perbincangannya dengan si pemimpi. Penafsiran awal mungkin bisa dilakukan walaupun bersifat global dan belum detail.
Materi mimpi yang muncul, nampak jauh dari makna mimpi yang dimaksud bawah sadar. Gedung lembaga yang terbakar, dengan demikian, bisa menjadi materi yang dipilih (oleh bawah sadar si pemimpi) untuk merepresentasikan perkara lain yang jelas-jelas bukan lembaga itu yang dimaksud. Gedung lembaga dan arsip-arsip (yang hangus terbakar tak tersisa), bisa saja ditampilkan hanya sebagai simbol dari suatu perkara yang semakna, atau punya kesejajaran fungsi dengan perkara-perkara lain yang masih tersembunyi dalam diri si pemimpi.
Seleksi bawah sadar atas materi-materi mana yang ditampilkan dan tidak ditampilkan dalam mimpi (alam kesadaran yang mengingat), meskipun terkesan jauh dan nampak tak ada hubungan, tetap memiliki alasan kuat hingga seleksi itu terjadi: kini harapan dan materi mimpi harus punya hubungan logis (menurut logika pengalaman-psikologis si pemimpi). Logika pengalaman ini dikonstruksi oleh internalisasi si pemimpi atas budaya dan pengetahuan yang mempengaruhinya. Relasi harapan tersembunyi dengan materi mimpi akan selalu mengikuti logika pengalaman si pemimpi.
Terkait dengan beberapa kesulitan untuk menemukan detail materi mimpi yang terlupakan, dan penggalian yang belum sepenuhnya atas pengalaman-pengalaman si pemimpi, penafsir mimpi hanya mampu membuat perkiraan-perkiraan logis. Sifat dari terbakarnya gedung, si pemimpi setuju bahwa itu berarti pemusnahan bangunan sebagaimana yang disaksikan dalam setiap kebakaran di alam nyata. Sedangkan lembaga (yang gedungnya terbakar) itu memiliki peran vital dalam kehidupan nyata si pemimpi. lembaga itu telah menjadi identitas dan sumber hidup yang terus-menerus digali bahkan di masa-masa sesudah pensiunnya. Relasi personal antara si pemimpi dengan orang-orang di gedung lembaga itu telah meneguhkan identitas dirinya. Si pemimpi tidak tahu apa yang terjadi bila relasinya terputus dengan orang-orang di lembaga tersebut. Kini lembaga tersebut telah menjadi identitasnya sendiri. Umumnya manusia di dunia, kehilangan identitas adalah suatu trauma, suatu krisis, suatu kecemasan luar biasa, karena kehilangan identitas adalah persoalan tentang sanggup atau tidaknya meneruskan hidup.
Komponen identitas adalah suatu komponen yang bila hilang, seesorang akan mengalami krisis, kekurangan diri, dan seakan-akan hidup harus diakhiri. Komponen identitas bisa berarti pekerjaan, istri (terkait perjodohan atau pendamping hidup), anak (pelengkap jiwa), harta benda (pemuas keinginan), atau segala sesuatu yang dianggap miliknya –yang dengan milik itu hidupnya merasa lengkap. Kekurangan-kekurangan komponen identitas hanya menyebabkan krisis.
Hal itu akan terus-menerus berlangsung bila tak ada komponen pengganti lain yang melengkapi kekurangannya, yang mengganti dan melengkapi komponen yang sudah hilang. Musnahnya gedung lembaga karena kebakaran, justru akan menyebabkan krisis bagi si pemimpi seandainya hal itu terjadi dalam dunia nyatanya. Mimpi itu mungkin sejenis mimpi hancurnya identitas. Perlu ditegaskan, seseorang mustahil menghendaki hilangnya komponen dari identitasnya, kecuali ada komponen pengganti lain yang dianggap lebih baik. Seorang mustahil berharap kehancuran yang tanpa pengganti. Tak ada pengrusakan tanpa kompensasi.
Kompensasi inilah yang kemudian “identik” dengan harapan tersembunyi dari mimpi terbakarnya gedung. Ada harapan tersembunyi dari sebuah kehancuran dan luluh-lantahnya gedung. Dan kehancuran ini jelas-jelas bukanlah satu jenis harapan, tetapi hanya sekadar syarat penting bagi munculnya harapan baru. Maka arti mimpi itu, adalah suatu upaya si pemimpi untuk menghancurkan, atau melepaskan komponen yang menjadi bagian identitasnya dan berganti komponen identitas lain yang lebih baik (mungkin bila si pemimpi lajang, mungkin ia berharap melepas masa lajangnya; atau bila menganggur, ia berharap ada pekerjaan yang lebih menjanjikan). Namun, bila berbicara tentang bagaimana konkretnya komponen identitas yang dihancurkan dan ingin dibangun oleh si pemimpi, pastilah akan diberi petunjuk oleh materi-materi mimpi yang terlupakan si pemimpi. (wallahu ‘alam)**