
RASA bahagia saat ini tengah menyelimuti sivitas akademika UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pasalnya, Dr Dadan Rusmana, M.Ag, dosen Fakultas Adab dan Humaniora yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor I, baru-baru ini meraih Surat Keputusan (SK) Guru Besar bidang Pendidikan Islam Nusantara dari Kementerian Agama RI, dengan No SK 169695/MA/KP07.6/03/2025.
Kenaikan jabatan fungsional ini tentu suatu raihan yang luar biasa; sebuah gelar mulia di lingkungan pendidikan; juga predikat yang menjadi dambaan bagi para tenaga pengajar di perguruan tinggi. Walaupun baginya, menjadi seorang profesor tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Namun, dengan kegigihan, semangat, dan daya juangnya mampu mengantarkannya menjadi guru besar.
Dalam kehidupan sehari-hari ataupun saat menjalankan tugasnya, Prof. Dadan hanya bisa bertawakal kepada Allah, Tuhan bagi sekalian alam. “Kita hanya berikhtiar. Dan, tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah berkehendak,” tukas Prof. Dadan, saat ditanya tentang optimismenya akan masa depan.
Rupanya, setiap keputusan dalam hidupnya selalu diserahkan kepada Allah, dengan keyakinan bahwa Allah tidak pernah salah dalam memberikan anugerah kepada umatnya yang mau berusaha dan meyakini kebesaran-Nya. Termasuk ketika hendak menjadi Wakil Rektor I, ia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memutuskan maju atau tidaknya, seolah menunggu jawaban dari Allah untuk meyakinkan dirinya soal kesanggupan dalam mengemban tugas Wakil Rektor.
Tidak sedikit warga kampus yang menganggap Prof. Dadan sebagai sosok pemimpin yang memiliki sikap kehati-hatian dalam melakukan tindakan. Tetapi itu bukan berarti lamban, karena makna yang sebenarnya berhati-hati adalah kecepatan. Dan, dengan berhati-hati itulah Prof. Dadan mampu mengontrol diri secara ketat, berusaha menghindari berbagai kesalahan, keteledoran, dan hal-hal bodoh lainnya.
Dalam banyak fakta, tindakan seperti itu ternyata banyak manfaatnya, antara lain mampu bertindak dengan benar, bahkan dapat memciptakan ide-ide brilian. Sangat wajar kalau seseorang berinteraksi dengan Prof. Dadan merasa nyaman, tidak merasa diintervensi, serta terhindar dari konflik karena orangnya terbuka dan seringkali mementingkan banyak orang.
Alumnus beberapa pesantren ini memiliki tipe “Leuleus jeujeur liat tali, landung kandungan laèr aisan (Sunda)”. Artinya penuh pertimbangan, tidak cepat putus asa menghadapi masalah, bersikap adil dan bijaksana. Keputusan dan tindakannya mengayomi dan melindungi semuanya secara adil dan proporsional. Tidak ada pihak yang disepelekan atau dianggap sepele, apalagi dirugikan.
Lelaki kelahiran Bandung 27 Juni 1973 ini tidak punya sifat “lègèg” atau “balaga” (Sunda). Walaupun belum diaktegorikan pemimpin yang “Masagi”, namun ia menjadi sosok yang mampu mengedepankan kepentingan warga kampus. Kiprah kesehariannya, berusaha keras untuk memberi keberkahan bagi segenap sivitas.
Dosen Produktif dan Melek IT
Pada awal kepemimpinannya menjadi wakil rektor (2023), Prof. Dadan mampu melakukan adaptasi, evaluasi, dan menggali berbagai problematika kampus. Strategi kebijakannya dilakukan melalui pendekatan pencerahan, pemberdayaan, dan pengembangan dalam rangka mewujudkan kultur akademik yang kondusif. Lalu meningkatkan kualitas yang berorientasi pada jaminan mutu, melalui inovasi dan pengembangan sistem, terutama dalam rekrutmen mahasiswa baru.
Di saat itu pula dia menggagas model penerimaan mahasiswa melalui Qirotul Kutub pada jalur Ujian Mandiri UIN Bandung 2024/2025. Jalur ini dibuka untuk para calon mahasiswa dengan kemampuan membaca, memahami, dan mengungkapkan kandungan kitab kuning secara komprehensif. Calon mahasiswa diuji terkait ketepatan bacaan sesuai dengan kaidah tata bahasa Arab, ketepatan makhraj huruf, ketepatan membaca dan memaknai teks kitab kuning.
Sebagai dosen, Prof. Dadan juga mudah beradaptasi terhadap perkembangan teknologi informasi (melek IT). Karena menurut pandangannya, pola pembelajaran terus mengalami perkembangan, sehingga tidak harus melulu memakai pola lama. Dosen harus mengikuti perkembangan teknologi sehingga mampu menghasilkan lulusan yang unggul dan berdaya saing tinggi. “Jangan lupa dosen itu menebar inspirasi dan menjadi sahabat bagi mahasiswa, sehingga harus menjadi teladan yang berkarakter,” ujar mantan Wakil Dekan I Fakultas Adab dan Humaniora ini.
Ia juga selalu menekankan pentingnya meningkatkan etos kerja; dengan memelihara sikap optimistis, yakin akan masa depan yang lebih baik, bersyukur atas nikmat dan potensi, berbuat baik kepada sesama, dan menyebarkan kebaikan dengan ikhlas. “Nilai-nilai ini sangat relevan dalam membangun semangat kerja yang produktif dan penuh berkah, baik secara individu maupun kelembagaan,” jelas Sekretaris Forum Warek Bidang Akademik PTKIN ini.(nangs)