
BANDUNG Kanal31.com — Shalat merupakan ibadah utama dalam Islam yang membutuhkan kekhusyukan dan kehadiran hati. Namun, seringkali individu mengalami fenomena di mana berbagai pikiran, bahkan ide penting, justru muncul saat shalat dan menghilang setelahnya. Tulisan ini menelaah fenomena tersebut melalui pendekatan tasawuf dengan konsep muroqobah, serta psikologi kognitif dan atensi.
Shalat dalam Islam merupakan perjumpaan hamba dengan Allah SWT, sebagaimana sabda Nabi Muhammad ﷺ:
«الصَّلَاةُ مِعْرَاجُ الْمُؤْمِنِ»
“Shalat adalah mi’raj (pendakian spiritual) seorang mukmin.” (HR. Al-Baihaqi)
Namun banyak umat Islam mengeluhkan bahwa saat shalat justru muncul berbagai lintasan pikiran, seperti ide, rencana, atau bahkan hal-hal yang sebelumnya tak terpikirkan. Anehnya, setelah salam, pikiran-pikiran tersebut sering kali lenyap. Apa makna fenomena ini? Apakah ini gangguan atau malah bentuk hadirnya kesadaran? Bagaimana Islam dan ilmu psikologi melihatnya?
Penjelasan Banyak Hal Teringat Saat Shalat
Secara psikologi, fenomena munculnya banyak pikiran saat shalat dapat dijelaskan melalui beberapa konsep.
Teori Relaksasi Mental
Shalat adalah aktivitas yang melibatkan pengulangan gerakan, irama bacaan, dan konsentrasi, yang menciptakan kondisi serupa meditasi. Dalam keadaan tenang ini, otak masuk ke gelombang alpha atau bahkan theta, yang mendukung munculnya memori bawah sadar. Ini menjelaskan mengapa ide-ide atau hal-hal yang sebelumnya terlupakan tiba-tiba muncul dalam shalat, otak dalam keadaan optimal untuk asosiasi dan penggalian informasi terdalam.
Default Mode Network (DMN)
DMN adalah jaringan saraf di otak yang aktif saat seseorang tidak fokus pada dunia luar, seperti saat melamun atau berdoa. DMN berperan dalam introspeksi dan pemanggilan memori jangka panjang. Saat seseorang dalam shalat, perhatian ke dunia luar berkurang, sehingga DMN aktif, dan pikiran bawah sadar pun lebih bebas mengalir. Itulah sebabnya orang tiba-tiba “teringat” banyak hal saat shalat.
Selective Attention & Working Memory
Shalat menuntut fokus terbagi (divided attention). Namun, jika muroqobah tidak kuat, perhatian bisa berpindah ke working memory, yang menyimpan informasi jangka pendek, termasuk pikiran sehari-hari yang belum selesai diproses. Karena itu, segala hal yang dianggap “penting tapi tertunda” oleh otak bisa muncul saat shalat sebagai “pengingat internal”.
Dalam Tinjauan Religi dan Spiritualitas, fenomena ini juga dapat dimaknai secara spiritual. Isyarat Allah untuk Introspeksi.
Pikiran yang muncul dalam shalat bisa menjadi bahan muhasabah, Allah mungkin sedang membuka hijab agar kita merenungi apa yang penting tapi terlupakan.
Ujian Khusyuk, gangguan pikiran adalah ujian dalam mencapai khusyuk. Dalam Al-Qur’an, Allah menyebutkan:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) yang khusyuk dalam shalatnya.” (QS. Al-Mu’minun: 1-2)
Tahapan Ruhani, dalam tasawuf munculnya lintasan hati (khawatir) adalah tahapan yang akan dilewati dalam perjalanan menuju fana’, dan harus ditundukkan dengan dzikir dan muroqobah yang konsisten.
Solusi Meningkatkan Muroqobah dan Fokus dalam Shalat
Untuk menjaga fokus dan mengelola pikiran yang muncul saat shalat, perlu perkuat niat dan persiapan shalat. Menghadirkan niat dengan sungguh-sungguh, serta tenangkan diri sebelum takbir. Melatih teknik perhatian sadar (mindfulness islami), misalnya dengan memahami arti bacaan shalat, dan menghubungkan gerakan dengan dzikir hati.
Catat lintasan penting setelah shalat. Bila muncul ide penting saat shalat, perlu sediakan catatan setelahnya agar tidak hilang. Ini menghindarkan stres karena “takut lupa”.
Konsisten muroqobah di luar shalat. Orang yang terbiasa sadar akan Allah dalam aktivitas harian lebih mudah mempertahankan kekhusyukan dalam shalat.
Konsep Muroqobah dalam Shalat
Dalam tasawuf, muroqobah bermakna kesadaran terus-menerus bahwa Allah SWT mengawasi hamba-Nya. Ini sejalan dengan makna ihsan, sebagaimana disebut dalam hadits Jibril:
“أن تعبد الله كأنك تراه، فإن لم تكن تراه فإنه يراك.”
“Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu” (HR. Muslim).
Muroqobah melatih hati untuk hadir sepenuhnya dalam shalat, menyadari bahwa setiap gerak dan lafadz diamati oleh Allah. Dalam keadaan ini, pikiran liar bisa muncul, bukan sebagai gangguan semata, melainkan sebagai cermin kejujuran batiniah apa yang sebenarnya sedang mengisi benak seseorang.
Imam Al-Ghazali menjelaskan dalam Ihya’ Ulumuddin, bahwa saat shalat, ruh seseorang sedang mendekat kepada Allah. Namun, nafs (jiwa) yang belum sepenuhnya tunduk bisa mengajak pikiran melayang. Oleh karena itu, muroqobah perlu dibarengi dengan mujahadah (kesungguhan melawan hawa nafsu) agar fokus terjaga.
Fenomena mengingat banyak hal saat shalat bukanlah gangguan murni, melainkan cerminan dinamika batin manusia yang tengah menapaki jalur ruhani. Dalam tinjauan tasawuf, itu menunjukkan pentingnya muroqobah agar shalat menjadi pengalaman spiritual sejati. Dalam psikologi, hal itu selaras dengan kerja memori bawah sadar saat otak dalam kondisi tenang.
Dengan memahami dua pendekatan ini, kita tidak hanya bisa menyikapi fenomena ini secara bijak, tapi juga memperbaiki kualitas shalat dan meningkatkan kesadaran spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
S. Miharja, Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung.