
BANDUNG Kanal31.com — Perang, dalam wajahnya yang paling jujur, adalah kegagalan akal dan kebangkrutan nurani. Ketika peluru menyalak dan rudal melesat dari satu negara ke negara yang lain, yang hancur bukan hanya bangunan dan infrastruktur, melainkan juga hidup manusia, harapan, dan rasa percaya.
Dalam setiap reruntuhan, terkubur mimpi anak-anak yang belum sempat tumbuh, kasih ibu yang tak sempat dirayakan, sayang seorang bapak yang belum diwujudkan, dan malam-malam penuh ketakutan yang tak pernah benar-benar selesai.
Bisa jadi, dunia belum siap damai. Tapi setiap langkah kecil menuju empati adalah bentuk perlawanan terhadap kegilaan ini. Dan mungkin dari sanalah, sejarah bisa menulis bab yang berbeda, bukan tentang peperangan, tapi tentang kesadaran bahwa tak ada yang lebih mulia dari menjaga kehidupan. Dan bahwa menjaga satu nyawa manusia lebih berharga dari apapun.
Radea Juli A. Hambali Wakil Dekan III Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung